Diduga Dana Pembangunan Masjid Raya Baabuusaalam Desa Kolono Disalahgunakan Oleh Oknum, Kades Bubarkan Panitia

 

Morowali- Dana Jamaah Masjid Raya Baabuusaalam Desa Kolono Kecamatan Bungku Timur Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah Diduga ada oknum memalsukan tanda tangan untuk mencairkan dana renovasi Pembangunan Masjid.

“Saya sebagai mantan ketua pembangunan Masjid Raya Baabuusaalam Desa Kolono yang dititipkan masyarakat oleh Jemaah, saya sudah mengundurkan diri bersama saya punya sekretaris dan wakil ketua, seksi-seksi yang lain, kami semua sudah mundur. Karena kami mendapatkan ada oknum Menyalahgunakan memalsukan tanda tangan saya untuk mencairkan dana Pembangunan Masjid Raya Baabuusaalam desa Kolono,”Kata Irwan Arya, Kamis(13/10/22).

Lanjutnya, pekerjaan Masjid Raya Baabuusaalam ada salah satu oknum juga yang menyalahgunakan anggaran. lain yang disuruh dipekerjakan dan lain yang mereka kerjakan, sehingga habis Anggarannya Masjid Raya Baabuusaalam Desa Kolono. Sehingga kami merasa dirugikan, kami bubarkan dan dibentuk panitia pengurus baru lagi. dan nanti saya buat laporan ke kepolisian juga untuk di Audit.

“Anggaran yang habis itu yang kami pakai kurang lebih Rp.600 juta(Enam ratus juta) yang tidak jelas utamanya, upah tukang. Sementara upah tukang hari ini yang kemarin kami masih panitia, kami sepakati itu dengan sampai satu item atau dua item pekerjaan, dengan upah sekian ditotal itu Seratus tujuh puluh lima juta. akan tetapi sampai sekarang belum lengkap dan sekarang ada 300 juta kurang lebih. justru itu kami minta laporan dari ke keuangan mereka tidak memberikan bukti saya tidak tau, dan itu uang tidak ada yang keluar,”Sebut Arya.

Tambah Irwan Arya, yang tidak jelas untuk biaya tukang, itu kurang lebih 300 juta dan itu tidak jelas. sisanya itu 300 juta kami belum tau. Semasih saya kemarin jadi ketua Sisa Saldo sekitar Rp.30juta. Menurutnya kalau total Saldo yang kami tau kurang lebih 1Miliyar. dan sumber Anggaran dari jemaah masyarakat Kolono dan bantuan dari pihak ketiga CSR.

Sambungnya, itu pembangunan cuma renovasi saja rehab sedikit. ada penambahan teras ada perubahan atap dan penambahan Quba, sedangkan pemasangan Quba itu dananya itu pertama Rp.300 juta(tiga ratus juta) setelah kami tawar turun jadi Ro.250juta(Dua ratus lima puluh juta) dari anggaran. dan saya pakai uang pribadi saya Rp.150 juta dan uang masjid yang dipakai cuma Rp.100 juta Alhamdulillah itu sumbangan saya pribadi.

Dan yang kami pertanyakan disini tukang itu dan tekhnis salah satu Aparatur Sipil Negara(ASN) yang di Dinas Perpustakaan itu yang kami percayakan untuk mengawasi. Tapi kenapa beliau ini tanpa konfirmasi sama kami panitia dulu, langsung mengambil alih pekerjaan minta uang tanpa sepengetahuan kami selaku pengurus, padahal kami sudah gaji dia sebagai untuk mengawasi disitu Rp. 20 juta(Dua Puluh juta) gaji beliau sampai selesai pekerjaan, akan tetapi secara diam-diam tanpa koordinasi dengan kami dia kerja tidak beres dan uang sudah habis diambil.

Sepengetahuan kami bahwa tukang itu yang borong. ternyata di harian, sementara laporannya borong, yang ditau masyarakat diborongkan sama tukang. tapi tiba-tiba di kasih harian tukang ini,”Sebutnya.

Menurutnya, dari total anggaran Rp.1miliyar, dana yang kurang jelas Setengahnya kurang lebih. dan pembangunan tidak selesai. Sisanya tinggal Rp. 30 juta. Pekerjaan padahal belum selesai. kalau dengan dana 1 miliar awalnya pekerjaan pembangunan setengahnya sudah selesai,”Ucapnya.

Kepala desa Kolono Nulfa’i menjelaskan bahwa sebenarnya kalau terkait Masjid Raya Baabuusaalam waktu itu ketua pembangunannya Irwan Arya, sambil berjalan dan saya amati kayak ada saling mencurigai antara ketua kemudian si bendahara dan dengan teman-teman yang lain dan saya coba tengahi.

Pada waktu itu kita lakukan rapat karena saya lihat ribut maka saya undang seluruh masyarakat dan saya undang seluruh panitia untuk mengevaluasi pekerjaan pembangunan dan Alhamdulillah dilakukan rapat sampai terjadi debat didalam masjid, agak seru. dan begitu saya tengahi saya mengambil sikap bahwa kepanitiaan ini tidak bisa dipertahankan karena saya lihat sudah saling menjatuhkan.

“Biar bagaimana pun pembangunan kalau sudah panitia yang sudah ribut tidak akan jalan pembangunan makanya saya bubarkan waktu itu,”Terang Nulfa’i.

Kami rapat sepakat untuk dibubarkan, setelah itu kita buat lagi rapat untuk pembentukan kembali panitia dan kalau berbicara masalah anggaran kemudian belum selesai itu masjid, siapa pun bisa menghitung dengan kondisi pekerjaan karena beda itu Rehab dengan kerja awal.

Kalau dia rehab ada istilah pembongkaran dihitung upah berapa semua. Jadi awalnya itu ada kesalahan komunikasi antara beberapa pengurus ini. Tapi kalau menurut pandangan saya untuk panitia sudah profesional dan soal pembangunan sementara berjalan cuma saat ini kita stop karena dana kita lagi belum siap.

Dan menurut saya sejauh ini untuk pembangunan masjid aman saja, hanya orang yang tidak merasa aman kemudian dibilang tidak aman, kita tanya masyarakat pembangunan berjalan terus. Kemudian pengurus masjid yang kita bubarkan pada saat kita bentuk kembali malah orang yang tidak ada datang itu yang dipilih. hanya saja ada orang yang mau mencari nama baik di masjid itu,”Tutup

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*