Saat Meliput Demo Penolakan UU Cipta Kerja, Diduga Sejumlah Jurnalis Dianiaya dan Hilang entah kemana

Jakarta,selidikkasus.com
Dalam melaksanakan tugas liputan demontrasi tolak Omnibus Law,banyak korban berjatuhan dikalangan pendemon tak terkcuali dari kalangan media atau wartawanpun banyak menjadi korban penganiayaan aparat dan bahkan hingga berita ini diturunkan tiada kabar berita tentang keberadaannya.

Ponco Sulaksono salah seorang wartawan media online merahputih.com dikabarkan hilang saat meliput.

“Sampai malam ini belum diketahui keberadaannya” ujar Alwan Ridha Ramdani selaku Kepala Kompartemen News merahputih.com,jumat 9/10.

Terakhir kali Ponco mengirimkan berita terkait demontrasi penolakan UU Omnibus Law sekira pukul 15.14 wib,beberapa saksi mengatakan Ponco ditangkap saat terjadi bentrok antara Polisi dan pendemo dikawasan Gambir Jakarta Pusat,ditempat kerusuhan sekitar Tugu Tani.

Menurut Alwan pihaknya telah mencari kebeberapa titik termasuk ke Polsek Gambir,Polres Jakarta Pusat dan ke Polda Metro Jaya namun belum membuahkan hasil,bahkan pencarianpun dikembangkan kesejumlah Rumah Sakit namun korban tidak diketemukan.ujarnya

Selain dari hilangnya wartawan juga terjadi penganiayaan,intimidasi dan perampasan alat liputan oleh aparat kepolisian.

Hal itu dialami oleh dua orang wartawan media online suara.com Peter Rotti dan Adit Rianto pada pukul 18.00wib,kedua wartawan itu tengah merekam video aksi disekitar halte Transjakarta Bank Indonesia,tiba tiba wartawan tersebut didatang orang yang berpakaian hitam dan beberapa Polisi berseragam dan meminta paksa kamera Peter.

“Para Polisi itu meminta kamera Peter,namun ia menolak sambil menjelaskan bahwa ia wartawan” ujar Pemred suara.com Suwarjono,jumat 9/10.

Namun sangat disayangkan sikap anarkis kepolisian dipraktekan terhadap awak media tersebut hingga Peter mengalami luka luka dan memar dibeberapa tubuhnya.

“Saya diseret dan digebukin,tangan dan pelipis saya memar” papar Peter dalam rilisnya.

Sangat disayangkan sikap anarkisme para aparat penegak hukum,hingga mereka tidak lagi bisa membedakan mana lawan,padahal tugas mereka untuk mengamankan bukan untuk melakukan anarkis terhadap warga masyarakat bahkan terhadap para Pewarta atau Wartawan yang notabene sebagai patner tugas semua aparatur negara.

(Lp Gun’s Kaperwil Jakarta)