DPC IKADIN Banjarnegara Ingatkan Para Caleg Harus Siap Mental

BANJARNEGARA-Selidikkasus.com Mental para calon anggota legislatif (caleg) yang bertarung dalam Pemilu 2024 harus benar-benar siap Mental. Harus siap menerima kekalahan bila tak mau berujung depresi. Hal ini dikemukakan Ketua DPC Ikadin Banjarnegara, saat ditanya kesiapan soal fenomena caleg menyebar segala daya upaya materi, diluar kemampuan, namun mental kalah juga yang mesti harus dimiliki seorang caleg. Menurut Harmono, SH MM CLA kesiapan mental wajib dimiliki mereka yang bertarung dalam pesta demokrasi lima tahunan ini.
“Tentunya harus kesiapan mental. Karena ketika sudah menentukan pilihan mencalonkan diri menjadi caleg, tentu kan hasilnya dua. Terpilih dan tidak terpilih. Hanya dua saja kan. Sehingga ketika mencalonkan diri, itu harus siap dengan terpilih dan tidak terpilih. Kalau tidak terpilih, ya terpilih,” ujarnya kepada wartawan online Kamis (28/12-2023) di Sekretariat Jln Bambang Sugeng No 32 Banjarnegara.

Kesiapan mental patut dimiliki khususnya bila caleg bersangkutan tidak terpilih menjadi wakil rakyat. Harus bisa menerima kekalahan yang sudah menjadi konsekuensi logis setiap kontestasi, termasuk pemilu. Dalam hal ini, harus legawa bahwa memang ada yang lebih baik dari dirinya dan menjadi evaluasi kenapa tidak terpilih.“Kemudian juga bisa mencari alternatif berkhidmat mengabdi kepada negara dengan cara selain menjadi anggota legislatife, bermanfaat kan juga tidak harus jadi wakil rakyat,” sebut Harmono

Bila kesiapan mental ini telah dimiliki, dia meyakini kasus-kasus caleg gagal terpilih yang kemudian stres tidak akan terjadi. Menurut Harmono, bila seorang caleg mengalami stres, pasti ada kondisi awal yang membuatnya tidak nyaman dalam mencalonkan diri. Kondisi awal ini yang sudah membuat caleg tersebut tertekan.“Para Caleg tidak feel free dalam melakukan pencalonan dirinya.
Ada tekanan-tekanan tertentu yang membuat dia merasa terbebani. Harus dan harus terpilih. Sehingga ketika tidak terpilih dia mengalami stres dan frustrasi, atau bahkan depresi,” urainya. Tekanan-tekanan tersebut, beber Harmono, bisa jadi berupa tekanan secara sosial atau tekanan secara financial. Juga tekanan psikologis karena ada tuntutan yang tinggi terhadap dirinya sendiri. Sehingga ketika tidak terpenuhi, adaptasi terhadap realita yang ada itu menjadi terganggu.
“Mungkin kalau kecewa dan sedih itu wajar. Tapi itu ada waktunya. Bagaimana kemudian bisa menghadapi kenyataan yang ada. Kecewa dalam waktu yang seperlunya, sedih dalam waktu yang seperlunya, kemudian move on,” tutur Harmono.

Menurut dia, adanya psikotes dalam seleksi pendaftaran caleg sejatinya sudah bisa menjadi indikator potensi gangguan kejiwaan seusai pemilu. Hasil psikotes inilah yang mesti dijadikan pertimbangan sekaligus antisipasi dalam meloloskan bakal-bakal caleg menjadi caleg tetap dalam pemilu.
Bila misalnya dari hasil psikotes itu didapat bakal caleg yang rentan, bisa diberikan pembekalan khusus demi menghindari hal yang tak diinginkan. “Khususnya dari pihak parpol (partai politik, Red.). Dari tim seleksi itu bisa menginformasikan kepada parpol untuk memberikan pembekalan kepada caleg-calegnya itu supaya siap mental. Sehingga potensi2 negatif bisa dicegah dan diantisipasi,” Pungkasnya. (One)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*