
Banten, selidikkasus.com – Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, harta kekayaannya dalam LHKPN, tercatat sebesar Rp 54,71 Miliar atau tepatnya Rp 54.718.200.893. Pada Kamis (18/6) hasil Kekayaan tersebut itu sebagian besar didapatnya dari usaha ekspor dan impor (exim) Meubel ke luar negeri.
Kalau dibandingkan harta sang Presiden Jokowi dengan para elite partai lain, itu hanya secuil saja.
Bayangkan saja, Harry Tanoesoedibyo (HT) Ketua Umum Perindo yang juga CEO MNC Group punya salah satu rumah di AS, yang bekas tempat tinggal Trumps. Harganya mencapai US$13,5 juta setara nominal Rp 193,32 miliar dengan asumsi kurs rupiah 15.320/US$. Surya Paloh punya jet pribadi dengan nominal senilai Rp. 350 miliar.
Kemudian, Ketua Umum Partai Gerindra, H. Prabowo Subianto juga punya jet pribadi jenis Embraer Legacy 600 yg ditaksir senilai Rp. 375 miliar, Ketua Umum PAN H. Zulkifli Hasan (Zulhas) yang juga wakil ketua MPR RI mempunyai beberapa koleksi mobil mewah jenis Lambrogini dan merk branded lainnya yang ditaksir dengan nominal Rp 170 miliar .
Itu hanya sebagian kecil dari harta yang mereka punya. Kalau anda ke Sentosa tempat judi di Singapore, banyak pejabat dan elite partai serta pengusaha rente yang rela menghabiskan uang miliaran di atas meja judi, itu bahkan terasa biasa saja githu loh.
Memang dengan harta sebesar Rp. 54,7 miliar itu menempatkan seorang Jokowi sebagai middle class di Republik Indonesia ini. Tetapi bukan middle class yang the have.
Karena sebagian besar harta itu berupa property yang nilainya naik karena taksiran pasar. Bukan nilai sebenarnya. Presiden Jokowi tidak punya uang cash yang besar untuk dia, dan keluarganya untuk bergaya hidup hedonisme (berpoya-poya).
Tentu tidak mungkin bisa disandingkan dengan keluarga suami Syahrini dengan menghadiahi Apartemen dengan nominal seharga 91 miliar rupiah.
Semua putra dan menantu Jokowi memilih wiraswasta yang tidak ada kaitan dengan Jabatan Jokowi sebagai Presiden RI.
Jadi tidak mungkin mereka bisa mendapatkan harta dengan begitu mudah lewat bisnis rente/kolusi dan nepotisme.
Bahkan, para elite partai dan konglomerat yang ada sekarang ini berkat akses kepada kekuasaan sebelum era Jokowi.
Mereka menikmati bisnis rente karena punya akses atau koneksi kepada penguasa. Artinya kekuasaan bagi sebagian orang memang sumber uang. Tetapi tidak bagi Jokowi.
Teman saya, sebagai pengusaha pialang senior yang begitu sukses di dunia pertambangan pernah berkata kepada publik “Satu-satunya alasan sampai sekarang tidak ada satupun orang bisa menjatuhkan moral Jokowi adalah karena dia tidak korupsi dan tidak memperkaya diri, bahkan anggota keluarga kerabat dekatnya.
Akibatnya soal issue lain yang bernada negatif terhadap Jokowi, itu menjadi sampah. Semakin Jokowi dihujat dengan segala issue miring, semakin bersinar Jokowi.”
“Mengapa?”
“Selagi dia setia dengan istrinya, menjaga anak-anaknya tetap pada batas moral yang patut, dan tidak korup, dia tetap akan terhormat. Hujatan tidak akan membuat dia hancur. Karena dia hidup tidak berharap pujian dan juga tidak ada waktu memikirkan orang yang menghujatnya. Orientasinya bukan lagi harta dan tahta tapi Tuhan YME.
Lebih romantis lagi, dia hidup untuk Tuhan, dan cukuplah Tuhan sebagai tempat berlindung dan kembali, ” kata teman seorang entrepeneur (pengusaha) sukses di Ibukota.
“Memang yang tersulit itu adalah orang kaya hidup sederhana. Dan lebih sulit lagi orang punya kekuasaan, dia tidak tergiur menggunakan kekuasaan itu untuk memperkaya diri. Itulah memang yang sulit ditiru dari Jokowi.
Di tengah hujan dia tidak basah. Di tengah kemarau dia tidak kehausan. Dia punya harta dan punya kekuasaan, tetapi dia tetap sederhana. Kalau bukan karena kekuatan spiritual yang dia miliki, engga mungkin dia bisa setabah itu.“ ujarnya.
“Dan sikap hidup sederhana itulah yg membuat semua kekuatan yang ada di sekitarnya, baik politisi, maupun ormas, kalah aura kalau ingin menekannya. Cukup dia diam saja, orang sudah keder duluan.
Salah satu CEO perusahaan multinasional yg pernah dapat kesempatan selfi dengan Jokowi di Beijing pada acara APEC sempat bilang “ Too humble. There is no leader like him” Terlalu sederhana, low profile, mungkin tidak ada pemimpin (di dunia ini) yang seperti dia loh. Berkah Indonesia bukan hanya SDA tapi juga adalah dapat pemimpin seperti sang Presiden Jokowi.” kata teman, pengusaha sukses.
“ Yaah, menjadi sang Pemimpin itu adalah pilihan terberat bagi setiap orang. Bahkan bagi ulama yang sholeh pun, hal yang paling ditakuti adalah kekuasaan. Karena tidak banyak orang bisa selamat karena kekuasaan. Dari kekuasaan itu orang punya akses terhadap segala sumber daya dan tentu tidak sulit menjadi kaya raya, dengan bergelimangan harta.
Jokowi melaksanakan tugas amanah dengan egaliter. Tak terdengar dia sakit keras. Padahal beban kerjaan sangat berat dan resiko politik juga tidak kecil.
Bayangkan saja, berkali dia didemo secara kolosal. Pada akhirnya dia juga yg menang.
Di tengah krisis dan pandemic virus Covid-1, dia tanpa takut membuat keputusan PSBB dan mengeluarkan stimulus ratusan triliun.
Kalau dia punya kepentingan pribadi, engga mungkin lah dia seberani itu.
Namun, sampai kini dia baik-baik saja. Itu karena dia ikhlas. Dan tentu menjadi pribadi yg ikhlas itu tidak mudah loh”..
{Tomy\Kaperwil Banten}