APBD Habis 3 Miliyar Lebih Untuk Pembangunan Taman Kota dan Lapak Fonuasingko Pedagang Masih Kecewa

 

Morowali- Pembangunan taman kota fonuasingko beserta lapak untuk pedagang kaki lima (PKL) Di Kabupaten Morowali provinsi sulawesi tengah, yang anggarannya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) tahun 2021 dengan total anggaran mencapai Rp 3.155.957.000.

Total sekitar 41 lapak pedagang yang dibangun dengan ukuran persatu lapaknya sekitar 250×250 cm, dibangun dengan berdekatan dengan lapak lainnya,ditambah terdapat 2 bangunan kamar mandi atau toilet.

Dari pembangunan taman kota dan lapak buat para pedagang,sejumlah pedagang menganggap bangunan lapak tersebut sangat sempit dan kecil,belom lagi para pedagang kebingungan menaruh kursi dan dagangannya dimana.

Seperti yang disampaikan arnah pedagang yang setiap harinya menjual makanan dan minuman dijalur 16 kompleks perkantoran funuasingko kabupaten Morowali,pihaknya tak ingin pindah jika disuruh berjualan di lapak taman kota tersebut,menurutnya lapak tersebut kecil dan sempit.

“Kami tidak setujuh pindah kesana,tempatnya kecil dan sempit,”Terangnya kecewa dengan ukuran pembangunan lapaknya yang sempit.minggu 17/juli/22.

Ia menambhkan, jika menjual dilokasi tersebut ramainya jika dihari kerja atau jam kantor,namun hasilnya juga tidak seberapa,tapi dijalur 16 itu ramai,karna berada di pinggir jalan.

“Disana kita bingun kalau bentuknya begitu,berarti orang datang pesan baru cari tempat sendiri untuk makan,nah bagamana nanti piringnya kita atau pembayarannya,adduh bingung,”ucapnya,menjelaskan jika menjual ditaman kota funuasingko yang lapaknya bak bangunan BTN tipe 36 yang berdempetan.

Disini saja kita layani orang didepan mata,makannya didepan warung kita,masih kalang kabut,bagamana disana,”tuturnya menbayangkan semrawutnya jika menjual dilapak tersebut.

Hal yang diucapkan Arnah,juga senadah dengan Jasmah ,Ia juga menyebutkan lapak yang dibangun pemerintah daerah Kabupaten Morowali itu tempatnya kecil dan sempit.

“Iya kecil dan sempit,kita nanti taru kursinya dimana,tidak munkin kita bikin makanan atau minumannya berjauhan dari pembeli,nanti pembeli duduknya dimana,”ujar Jasma, pedagang penjual kopi dan gorengan di pinggir jalan jalur 16 komplek perkantoran funuasingko.

“Kalau bisa disini saja menjual,janganmi pindah kesana,sempiittt,”keluhnya.

 

 

(Tim/Iw/Er)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*