I Gusti Putu Budiadnyana,SH,RFP,.QWP: Pendampingan Klien Dalam pemeriksaan LIE DETECTOR dengan Mesin POLIGRAF

Bali – I Gusti Putu Budiadnyana,SH,RFP,.QWP “Pendampingan Klien Dalam pemeriksaan LIE DETECTOR dengan Mesin POLIGRAF, “Dalam ranah hukum, penyidik sering menggunakan lie detector atau alat pendeteksi kebohongan guna mengungkap kebenaran yang sesungguhnya. Kadang, jika seseorang melamar profesi pekerjaan tertentu, lie detector juga diperlukan saat wawancara berlangsung. Kira-kira, bagaimana cara kerja lie detector? Dan apakah ini efektif untuk menemukan kebenaran?

Apa itu lie detector?
Lie detector adalah sebuah mesin poligraf yang dirancang dengan sensor khusus guna mendeteksi kebohongan pada manusia. Alat ini awalnya ditemukan pada awal tahun 1902. Seiring perkembangan zaman, lie detector sudah memiliki banyak versi yang lebih modern dan lebih canggih.

I Gusti Putu Budiadnyana,SH,RFP,.QWP menambahkan bahwa “Alat pendeteksi kebohonganada dasarnya bekerja dengan cara mencatat dan merekam reaksi seseorang dalam bentuk gelombang magnetik ketika ia diberikan sejumlah pertanyaan secara berkelanjutan. Anda akan ditempeli sejumlah sensor selama prosesnya untuk mendeteksi alat-alat vital Anda, seperti detak jantung, pernapasan, dan kulit.

Reaksi psikologis yang muncul ketika Anda mengucapkan sesuatu, apapun itu, tanpa disadari akan memengaruhi kerja organ tubuh. Melalui sensor-sensor yang menempel di tubuh Anda, penyelidik bisa menemukan apakah ada perubahan abnormal pada ketiga fungsi tubuh di atas. Hasilnya kemudian langsung tertera pada sebuah kertas grafis. Pemeriksaan melalui lie detector umumnya berlangsung kurang lebih dari 1,5 jam. ungkapnya

Bagaimana cara kerja lie detector?
Ketika Anda melakukan tes dengan lie detector, ada 4 sampai 6 sensor yang akan dihubungkan ke tubuh. Terdapat pula alat sensor digital lain yang dihubungkan ke seluruh tubuh untuk mengetahui ada tidaknya perubahan psikologis ketika seseorang berbohong atau justru berkata jujur. Berikut cara kerja lie detector untuk mendeteksi kebohongan.

cara kerja lie detector (Source: www.shutterstock.com) Pertama, Anda diharuskan duduk di bangku khusus dalam ruangan tertentu. Lalu, sensor-sensor mesin poligraf akan ditempelkan ke tubuh Anda. Ada 3 sensor kabel yang biasa dipakai dalam mendeteksi kebohongan.

Sensor pneumograph, gunanya untuk mendeteksi detak napas yang ditempel di dada dan perut. Sensor ini bekerja ketika ada kontraksi di otot dan udara di dalam tubuh. Sensor Blood Pressure Cuff, fungsinya untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan darah dan detak jantung. Sensor kabel ini ditempelkan pada bagian lengan Anda. Cara kerjanya dideteksi lewat suara denyut jantung atau aliran darah.

Sensor skin resistance, untuk melihat dan mendeteksi keringat yang ada di tangan. Kabel sensor ini umumnya juga ditempelkan pada jari-jari tangan, sehingga tahu seberapa banyak keringat yang keluar ketika Anda keadaan terpojok dan berbohong Kedua, penguji akan memberikan beberapa pertanyaan kepada Anda mengenai suatu topik, isu atau kasus yang ingin diketahui kebenarannya. Lalu, mereka akan membaca grafik tersebut dan mengetahui apakah ada reaksi yang tidak normal atau grafik yang naik turun. Setelah hasil grafik dibaca oleh penguji, hasil grafik tersebut akan digunakan sebagai penentu, apakah Anda berbohong atau jujur. sebut I Gusti Putu Budiadnyana,SH,RFP,.QWP

Lalu apakah efektif hasil uji lie detector?
Pemeriksaan melalui lie detector umumnya akurat hingga 90 persen. Tapi ini belum tentu berlaku untuk semua kasus. Pasalnya, alat ini hanya memonitor dan menunjukkan reaksi perubahan psikologis ketika Anda mengucapkan sesuatu. Gelagat fisik dan tanda-tanda “aneh” yang seringnya menandakan orang sedang berbohong, seperti gagap, berkeringat, atau gerak bola mata yang tidak fokus tidak selalu menjadi petunjuk kebohongan. Karakteristik ini mungkin saja menandakan Anda sedang gugup, stres, atau merasa tidak nyaman dalam suatu kondisi tertentu. Dalam hal ini, menjadi “obyek” penelitian. Pada umumnya tiap orang punya gaya bicara yang beragam, belum lagi memperhitungkan kelihaian orang-orang untuk menutupi kebohongan.

Mendeteksi kebohongan bukanlah tugas yang mudah, bahkan cenderung tidak bisa dilakukan dengan mata telanjang. Lie detector pun masih menuai kontroversi di kalangan psikolog, sebab tidak ada standar kebohongan yang bisa diukur melalui alat fisik maupun nonfisik. Ungkap praktisi hukum I Gusti Putu Budiadnyana,SH,RFP,.QWP kepada selidikkasus kamis 25 februari 2021