
Morowali- Ketua Forum Rakyat Bersatu (FORBES) Morowali, Abd. Jamil mengeluarkan seruan aksi, terkait keberadaan PT. Vale Indonesia dahulu dikenal dengan nama PT. INCO yang diduga melakukan penelantaran lahan dan potensi sumberdaya alam di wilayah konsesinya di Kabupaten Morowali.
Hal ini sangat disayangkan, mengingat penguasaan konsesi potensi sumberdaya alam di Morowali sudah berlangsung lama, bahkan hingga kini sudah masuk lima puluh tahunan lamanya. Akan tetapi, PT. Vale hingga kini dinilai tidak serius dan tidak komitmen dalam mensejahterakan masyarakat Morowali.
Adanya seruan aksi Ketua FORBES Morowali, disikapi sejumlah elemen masyarakat di Kabupaten Morowali. Bahkan, Niswanto Rachman yang merupakan salah satu tokoh milenial Kabupaten Morowali angkat bicara, pada Rabu (27/4/2022).
Dalam keterangannya kepada sejumlah media di Morowali, Niswanto membenarkan pernyataan Ketua Forbes Morowali. Ia pun menilai penandatangan Kontrak Karya (KK) PT. Vale Indonesia (INCO) sejak 50 tahun lalu, kini mengisahkan duka bagi rakyat di lingkar tambangnya.
Padahal, ketika PT. Vale Indonesia sudah mulai mengolah atau berproduksi, tentu rakyat Morowali sudah bisa merasakan dampak secara ekonomi yang berujung pada peningkatan kesejahteraan rakyat Morowali, khususnya di desa-desa lingkar tambangnya.
Tidak hanya itu, kata Niswanto, janji pembangunan pabrik pengolahan nikel yang sejak lama didengungkan, justru bagai angin surga untuk meredam kemarahan rakyat serta kegelisahan rakyat terhadap penelantaran lahan dan potensi sumberdaya alam diwilayah konsesi PT. Vale di Morowali.
Terkait kondisi ini, tambahnya, seharusnya pemerintah pusat mengambil langkah tegas untuk segera melakukan renegosiasi kontrak karya dengan menciutkan lahan PT. VALE INDONESI (INCO) Tbk. Sehingga lahan yang diterlantarkan ini dapat dimanfaatkan oleh rakyat,” papar tokoh pemuda Morowali yang biasa disapa Wanto.
Niswanto yang juga sebagai Bendahara Umum Badan Pengurus Cabang Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPC HIPMI) Kabupaten Morowali, menjelaskan jika rencana pembangunan smelter PT. Vale Indonesia di Daerah Bungku Pesisir justru menambah luka bagi rakyat di lingkar tambangnya.
“Kebijakan membangun smelter di Bungku Pesisir, akan merugikan rakyat lingkar tambang. Mulai dari kesempatan kerja, sampai sektor ekonomi yang akan tumbuh ketika pabrik tersebut dibangun bukan di tempat bahan bakunya. Ini tidak ada bedanya, ketika material ore diangkut ke Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan,” ungkapnya.
Selain persoalan penelantaran lahan dan potensi sumberdaya alam di Morowali, PT. Vale Indonesia menjadikan lahan konsesinya yang berada di wilayah Morowali hanya dijadikan dagangan di bursa saham semata. “Artinya apa?, tanpa kita sadari rakyat lingkar tambang, wilayah mereka telah digadaikan untuk kepentingan perusahaan dan masyarakat hanya dapat janji,” jelasnya.
Tim