Panitia Sambori Tourism Festival Tidak Becus! Warga Morowali Merasa Malu

 

Morowali- Kinerja panitia Sambori Tourism Festival dituding tidak profesional mengurus tamu dari luar daerah yang akan tampil ambil bagian pada ivent tersebut.
Akibatnya, seluruh Warga Morowali harus menanggung malu, karena hal tersebut telah menjadi perguncingan hangat di Sulawesi Tengah bahkan viral di berbagai media sosial.

Kedatangan para tamu dari berbagi Kabupaten di Morowali ingin tampil di event tersebut sesuai harapan yang diberikan panitia, malah sebaliknya, perlakuan tidak mengenakan didapatkan peserta empat (4) daerah lain yakni Kabupaten Poso, Donggala, Tojo Una-Una, dan Kota Palu, diterlantarkan setibanya di Morowali.

“Tak satupun panitia menampakkan batang hidungnya untuk bertanggung jawab sejak kedatangan para peserta tersebut di Morowali, sehingga segala sesuatu hingga menuju penyeberangan Sambori di Desa Tandaoleo, masing-masing peserta mengurus diri sendiri bahkan ada yang harus rela naik mobil pickup, kasian mereka,” tutur Malik salah satu warga Morowali kepada media ini di Bungku, Sabtu (27/11/2021).

Hal tersebut katanya, membuat peserta mengurungkan niatnya untuk meneruskan perjalanan menuju pulau Sambori. Setelah menunggu berjam-jam kapal penyeberangan yang dijanjikan panitia, tak kunjung datang bahkan peserta sampai kelaparan menunggu.

Akhirnya, dengan hati yang galau berkecamuk, para peserta tinggalkan tempat penyeberangan Desa Tandaoleo balik menuju Bungku. Bahkan, saat itu perserta hendak terus balik ke daerah masing-masing.

“Namun, mendengar saran-saran yang ada, peserta mengiyakan untuk sesaat bermalam dikota Bungku untuk kemudian menampilkan budaya daerah masing-masing kepada warga Morowali. Itulah sehingga kemarin, (26/11/2021) ada pertunjukan di depan kantor Bupati Morowali, sedikit mengobati rasa kecewa peserta,” terangnya.

Acara tersebut dijadwalkan berlangsung mulai tanggal 26-28 November 2021. Namun sangat disayangkan, 4 Kabupaten di Sulawesi Tengah, yakni Poso, Donggala, Tojo Una-Una, dan Kota Palu terpaksa harus angkat kaki dan gagal mengikuti acara karena pelayanan panitia yang dianggap lalai mengurusi peserta.

Seperti yang dialami Kabupaten Donggala, melalui Kepala bidang Destinasi Wisata Dinas Pariwisata mengungkapkan kekesalannya. Ia mengatakan bahwa Dalam rundown acara, seharusnya peserta berangkat dari Kota Bungku, bukan melalui Bungku Pesisir, tepatnya di Desa Tandaoleo.

Dari Donggala, kata dia, rombongan menaiki sebuah bus dengan peserta sebanyak 25 orang, namun setibanya di Bungku, iapun harus menyewa mobil pick up karena supir bus besar khawatir jika melintasi pendakian di Desa Bete-Bete. Sesampainya di dermaga Desa Tandaoleo, ia dan rombongan merasa diterlantarkan karena berjam-jam menunggu jemputan kapal yang tak kunjung tiba dan dalam keadaan lapar.

Karena kesal, ia pun memutuskan untuk kembali ke kota Bungku beristirahat.
Dikatakannya, tak hanya 3 kabupaten dan 1 kota yang pesertanya pulang, termasuk peserta Kecamatan Bungku Barat juga ikut pulang karena tak adanya kepastian.

Beruntung peserta Donggala difasilitasi oleh salah seorang penggiat wisata yang dikenal dengan sapaan Ifan Bente, yang langsung berkoordinasi dengan protokoler Pemkab Morowali.
Kontingen Kabupaten Donggala pun ditampung di Penginapan Anunta Kelurahan Lamberea, sementara Kabupaten Poso menginap di Losmen Amanah Desa Ipi.

Untuk mengobati rasa kekecewaan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Morowali, Amir Aminudin, Asisten I, Rizal Badudin, serta Kepala bidang Budaya Disdikbud Morowali, Nursia, dan pengurua Dewan Adat Bungku, Sultana Hadie berinisiatif melaksanakan pagelaran tari di halaman kantor Bupati Morowali, Jum’at (26/11/2021) mengisi peringatan HUT Persatuan Guru Republik Indonesia.

Meskipun persiapannya terbilang sangat singkat, namun acara itu sukses dan mendapatkan antusias dari sekitar seribuan warga masyarakat Morowali yang menyaksikannya.

Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Poso, Deyse Bungkundapu mengatakan bahwa pihaknya tidak menyalahkan panitia, namun sesuai kenyataan yang ada di lapangan, tidak ada panitia dan tidak ada kapal yang tersedia di tempat penyeberangan.

“Yang bertanggung jawab di kegiatan festival sombori adalah Kadisporapar Morowali, ketua HIPMI Morowali selaku ketua panitia, EO Mandalika selaku event organizer, Yang menanggung malu adalah satu kabupaten Morowali….titik tidak pake embel-embel,” tegas Ifan salah satu pegiat wisata Morowali kepada media ini melalui pesan WhatsApp (WA) di group Morowali.

Panitia sambori tourism festival maupun Kadisporapar Morowali hingga saat ini belum berhasil dikonfirmasi, kendati wartawan media ini sudah berupaya.
Nantikan hasil konfirmasi berikutnya…

(Erni,Patar/tim)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*