PELITA AMANAH DI KOTA SERIBU GEREJA (Warisan Abadi Sang Pendidik: Hamzah Lampung di Hari Guru Nasional 2025)

 

Ruteng, Kota Dingin Penuh Toleransi
Di barat Pulau Flores, tersembunyi sebuah kota kecil bernama Ruteng. Dijuluki “Kota Seribu Gereja”, Ruteng adalah simbol nyata dari keberagaman dan toleransi. Udaranya yang dingin menusuk tulang, ditambah curah hujan yang tinggi, menciptakan suasana melankolis namun damai bagi sekitar 79.150 jiwa penduduknya yang mayoritas beragama Kristen Katolik.
Di tengah lanskap perbukitan hijau dan gereja-gereja megah yang menjulang, berdiri sebuah oase pendidikan Islam yang teguh memegang misinya bernama Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Amanah.

Di bawah naungan Yayasan Baiturrahman, MIS Amanah didirikan pada tahun 1998 dengan tujuan mulia: membentuk siswa menjadi pribadi Muslim yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia, serta memiliki ilmu pengetahuan dan karakter yang kuat untuk menghadapi tantangan hidup. Fokus sekolah ini pada penanaman nilai-nilai tauhid, ibadah, adab, penguasaan Al-Qur’an dan bahasa Arab, menjadikannya lembaga penting dalam menjaga keseimbangan spiritual di tengah masyarakat Ruteng yang majemuk.

*Lika-liku Perjalanan Seorang Hamzah Lampung*

Pagi itu, di Hari Guru Nasional, Bapak Hamzah Lampung, 60 tahun, merapikan pakaian terbaiknya. Wajahnya memancarkan ketenangan seorang yang telah menyelesaikan sebuah perjalanan panjang. Perjalanan yang tidak mudah.
Di sampingnya, sang putri, Mufidah Syahfitrah, S.Pd., terlihat sibuk mempersiapkan diri untuk upacara di sekolah.

“Bapak yakin mau ikut ke sekolah? Nanti kedinginan,” ujar Mufidah khawatir.
Pak Hamzah tersenyum teduh. “Ini Hari Guru, Nak. Bapak harus datang, apalagi ini undangan langsung dari sekolah,” jawabnya dengan semangat sambil membenarkan kerah bajunya
Jejak pengalamannya dalam menempuh apa yang ingin dicapainya sungguh berliku. Berawal dari menjadi penyuluh agama, ia harus bersabar dengan gaji yang tak tetap, yang bahkan hanya diterima setahun sekali. Bagi sebagian orang mungkin itu hal yang mudah dilalui tanpa kendala, namun hanya dirinya yang mampu menakar setiap kesulitan dan pengorbanan yang harus ia lakukan untuk menghidupi keluarga dan terus mengabdi pada ilmu.

Kesabaran Pak Hamzah mulai berbuah. Perlahan namun pasti, ia menaiki tangga. Dari penyuluh, ia menjadi pegawai di Departemen Agama (sekarang Kemenag) kala itu, hingga akhirnya ditetapkan menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Mimpinya yang dulu ia pupuk melalui Pendidikan Guru Agama (PGA) selama 3 tahun di Kota Bima, kini mulai terwujud.
Delapan tahun berjalan sebagai PNS di kantor Departemen Agama Kabupaten Manggarai, takdir membawanya pada panggilan hati yang sesungguhnya. Ia dimutasi ke Madrasah pertama yang ada di Kota Ruteng, Ibukota Kabupaten Manggarai: MIS Amanah Ruteng. Pijakannya telah sampai. Sejak tahun 2001, di sanalah ia berlabuh dan mengabdikan diri sepenuhnya.

*Tahun Amanah Di MIS Amanah*

Dua puluh tahun bukan waktu singkat. Selama itu, Bapak Hamzah menjadi simbol kesederhanaan dan keteladanan. Dengan setia, ia mengajarkan Fiqih dan Al-Qur’an Hadits. Mata pelajaran yang diampunya bukan sekadar hafalan, melainkan fondasi kehidupan beragama dan berakhlak mulia.

Setiap pagi, dengan pakaian yang sederhana namun selalu rapi, berjalan kaki, melintasi rumah penduduk, menuju MIS Amanah Ruteng. Di ruang kelas yang sederhana, ia menanamkan akhlak mulia, mengajarkan pentingnya menghargai tetangga yang berbeda keyakinan, dan menunjukkan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin di Kota Seribu Gereja – Ruteng.

Pesan utamanya selalu sama: “Menjadi Muslim yang baik berarti menjadi tetangga yang baik.”
Upayanya dalam berbagi dan menyelami banyak hal, sebab mengikuti perkembangan zaman, telah dicatat oleh pena keabadian. Sebab, ilmu adalah hal yang terus mengalir. Meski tak tampak, satu atau dua siswa mengamalkannya, menyebar, dan terus menyebar, menciptakan dampak yang tak terukur.

*Momen Haru Hari Guru Nasional dan Estafet Mimpi*

Di lapangan upacara MIS Amanah, peringatan Hari Guru Nasional hari selasa tanggal 25 November 2025 berlangsung khidmat.
Pak Hamzah yg baru pensiun pada tahun 2023 hadir sebagai tamu istimewa bersama perwakilan keluarga dari dua guru lainnya yang juga menerima penghargaan Setelah rangkaian acara selesai, Bapak Amir Jarawadu, S.Pd.I – Kepala MIS Amanah maju ke podium.
Dalam sambutannya ia juga mengatakan, “Dalam rangka Hari Guru Nasional ini, kami ingin memberikan penghargaan setinggi-tingginya atas dedikasi, pengabdian, dan keteladanan yang diberikan oleh 3 guru terbaik kami, Bapak Hamzah Lampung, Almarhumah Ibu Angela Kedang Dan Bapak Abdul Tahir Nurdin” ujar Kepala Sekolah dengan suara bergetar.

Bapak Hamzah maju perlahan. Riuh tepuk tangan mengiringi langkahnya.
Di hadapan guru, staf, dan siswa, Bapak Hamzah menerima plakat penghargaan atas pengabdiannya dari tahun 2001 hingga 2023. Mutiara itu, setelah melalui banyak goresan perjuangan, kini bersinar terang.

Momen haru semakin memuncak ketika putrinya sendiri, Mufidah Syahfitrah, S.Pd., yang kini telah menjadi guru dan mengajar mata pelajaran yang sama persis: Fiqih dan Al-Qur’an Hadits, berdiri di sampingnya dan luar biasanya tempat duduk yang dahulu diduduki ayahnya ditempati kembali oleh putri kesayangannya.

Pak Hamzah memeluk putrinya erat. Baginya, penghargaan ini adalah bentuk kecintaan dan perhatian serta rasa hormat MIS Amanah Ruteng yang bernaung dibawah payung Yayasan Baiturrahman Ruteng yang sangat membahagiakannya.

Ada juga momen paling mengharukan adalah saat putrinya sendiri, Mufidah Syahfitra, S.Pd., maju ke podium. Wajah Mufidah memancarkan tekad yang sama dengan ayahnya. Ia telah resmi menjadi gru di MIS Amanah, meneruskan jejak sang ayah.

*Warisan Abadi dan Nasihat Bijak*

Kini, Bapak Hamzah sedang menikmati banyak waktu luangnya bersama keluarga di rumah. Ia telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di MIS Amanah Ruteng. Ilmu dan nilai-nilai yang diajarkannya terus mengalir melalui Mufidah, yang kini mengemban amanah yang sama.
Nasihat yang sering ia berikan kepada putrinya kini menjadi pegangan bagi generasi penerusnya: “Jangan lupa untuk selalu mengelola hati, fokuslah pada apa yang menjadi pekerjaanmu, hingga dari situ aman dan nyamanlah yang kamu dapatkan.”

Bagi Pak Hamzah, ini adalah hadiah pensiun terindah. Warisan sejatinya bukan hanya ilmu yang diajarkan, tetapi juga nilai-nilai pengabdian yang kini hidup kembali dalam diri putrinya.
Di bawah langit Ruteng yang dingin, Bapak Hamzah Lampung tersenyum bangga. Di Hari Guru Nasional ini, ia merayakan bukan hanya akhir dari sebuah pengabdian, tetapi awal dari keabadian sebuah warisan ilmu dan keteladanan, yang akan terus bersinar di Kota Seribu Gereja.

Selamat Hari Guru Pa Hamzah. Cinta dan pengabdianmu tetap kami kenang.

Oleh : Utam Kelilauw