
Pekanbaru — Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Kristen Riau, Gabriel Marchelino, menyoroti keras lemahnya kontribusi EMP Kampar selama hampir sembilan tahun beroperasi di wilayah kerja migas Riau. Ia menyebut, kontribusi yang hanya sekitar Rp5 miliar untuk daerah merupakan bentuk ketidakadilan dan pelecehan terhadap masyarakat Riau.
“Riau bukan tanah rampasan. Jangan datang, ambil minyaknya, lalu pergi tanpa meninggalkan manfaat apa pun untuk rakyat,” tegas Gabriel dalam pernyataannya di Pekanbaru, Kamis (2/10).
Menurut Gabriel, kehadiran perusahaan migas seharusnya membawa perubahan positif bagi masyarakat sekitar. Namun, hingga hari ini, masyarakat di wilayah operasi EMP Kampar justru tidak merasakan kesejahteraan yang dijanjikan.
“Kalau perusahaan besar seperti EMP Kampar hanya mampu menyumbang Rp5 miliar selama sembilan tahun, itu artinya mereka tidak menghormati Riau dan rakyatnya. Ini perusahaan yang hanya datang untuk mengambil, bukan memberi,” ujarnya.
Ia menilai, kondisi ini menunjukkan betapa lemahnya keberpihakan perusahaan terhadap daerah penghasil migas. Padahal, Riau telah memberikan segalanya — tanah, tenaga, dan sumber daya alam — yang kini justru tidak kembali kepada rakyat.
“Mereka harus ingat, setiap tetes minyak yang keluar dari bumi Riau adalah milik rakyat. Jika rakyat tidak merasakan manfaatnya, maka keberadaan mereka kehilangan legitimasi moral,” tambahnya.
Gabriel menegaskan bahwa mahasiswa tidak akan menutup mata terhadap ketidakadilan ini. Ia menyerukan agar EMP Kampar segera membuka kontribusinya secara transparan dan menunjukkan komitmen nyata terhadap pembangunan sosial dan kesejahteraan masyarakat.
“Kami tidak anti-investasi, tapi kami menolak penjajahan model baru. Kalau EMP Kampar tidak bisa menghormati rakyat dan tidak mau berubah, lebih baik tinggalkan Riau!” tegas Gabriel.
Lebih lanjut, ia juga menekankan bahwa mahasiswa Kristen Riau akan berdiri di garis terdepan membela keadilan sosial, terlepas dari suku, agama, atau daerah asal.
“Kami berdiri bukan atas nama kampus semata, tapi atas nama nurani. Keadilan adalah panggilan iman dan kemanusiaan. Jika EMP Kampar terus menutup mata terhadap ketimpangan ini, maka kami siap berdiri bersama rakyat untuk melawan,” ujarnya tegas.
Gabriel juga membuka ruang kolaborasi bagi semua pihak, termasuk pemerintah dan BUMD, yang ingin memperjuangkan hak rakyat Riau atas kekayaan alamnya sendiri.
“Kita tidak butuh perusahaan yang hanya pandai berjanji. Kita butuh keberpihakan. Kalau tidak berpihak kepada rakyat, maka keberadaan mereka tidak layak lagi di tanah Riau,” pungkasnya.