Para Pelaku Harus Mempertanggungjawabkan , Perbuatan Penganiayaan & Pengroyokan

BANJARNEGARA-Selidikkasus.com Aji Setiyawan, aktifis sosmed yang menjadi korban pengeroyokan dan penganiayaan rabu kemarin. Dalam status Facebook nya merasa tidak menyinggung siapapun. Statusnya itu di tujukan Kepada relawan Forum Banjarnegara Maju Yayasan yang dia dirikan dengan beberapa teman-temanya, dalam satatusnya dia berpendapat idealnya relawan dilokasi bencana harus diisi orang-orang yang kerja “penuh kasih dan momong” bukan sosok temperamental dan hanya mementingkan kepentingan golongan dan individu saja, makanan yang terdampak kasian mereka bukan dinikmati sendiri, maka selayaknya belum pantas menjadi relawan. “Menurut saya itu pendapat ide, idealnya relawan di FBM yang saya dirikan, harus penuh kasih dan momong, saya juga tidak menyinggung dan mendiskriditkan siapapun relawan, bukanya menyatakan pendapat baik tulisan ataupun secara lisan, tidak melanggar hukum,” jelas Aji yang merasa kesalahpahaman. Dia juga beranggapan para pelaku sudah dendam sejak lama, dengannya dan keluarga. Kebetulan saat ini sedang dipercaya oleh Pemdes sebagai relawan untuk mengelola Dapur para Pengungsi bencana tanah gerak dusun Kalierang Desa Ratamba Kec Pejawaran.

Mungkin korban tanah gerak Kalierang pernah mengeluh adanya bantuan yang tidak sampai kesasaran, dan dapur umum yang dibuat jauh dari lokasi pengungsian seringkali malah korban tidak kebagian, padahal bantuan banyak berdatangan dari berbagai pihak. Kejadian AS sebagai korban meski diawali karena ketersinggungan status facebook korban, namun korban tidak merasa menyinggung akan tetapi para pelaku menggunakan momen itu untuk memprovokasi.
Kebetulan kejadian saat itu Rabu (13/2) bertepatan ada kunjungan Kapolres Banjarnegara ke Desa Ratamba. Awalnya korban di panggil perlaku berinisial T, dikira mau melarikan diri dengan Sepeda Motor, padahal Korban mau pergi ke ATM Surya Yudha di Pasar Batur, namun T mengejar dengan sepedamotor mendahului dianggap mau melarikan diri, lokasi di komplek pertigaan arah TPU (makam) pertigaan Arah Dusun Pramen Desa Ratamba, kemudian didorong korban jatuh dari motornya. Lalu T memukul tidak lama para pelaku lainnya, kemudian beberapa orang-orang disekitar Pasar Ratamba menghampiri menghadang, mengelilingi korban bersama pelaku lainnya yang tidak dikenal awalnya menendang dada dan memukul korban. Kemudian di lanjut IA menendang dibagian kepala korban, dan dua orang lainnya dan Sijak memukul kepala bagian belakang.
Lalu Kapolsek Pejawaran dan Camat memisah, untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, pada hari itu juga awalnya dibawa ke Kantor desa oleh Relawan BPBD dan anggota Polri, untuk diamankan. Akhirnya korban melaporkan penganiayaan dan pengroyokan ke Polres Banjarnegara, namun ada pihak relawan yang korban merasa tidak kenal memohon untuk damai, akan tetapi korban menunggu keputusan keluarga langsung melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian di BAP sampai malam hari.
“Para Pelaku disinyalir sudah punya dendam lama yang merupakan warga satu desa dan masih satu famili, yang memanfaatkan ketersingungan status korban di Facebook tentang relawan, memang dia saat ini dipercaya desa, sebagai relawan mengelola dapur bencana desa Tanah Gerak Kalierang Ratamba, karena status yang di buat oleh korban, padahal saya merasa tidak menyinggung, yang saya tulis relawan ideal dari FBM harus punya jiwa penuh kasih dan momong, bukan sosok tempramen,” ungkap Aji.
Lanjut Aji, kejadian penganiayaan itu dilakukan antara jam 11.00-11.30 WIB an siang menjelang duhuran, yang bertepatan dengan Kunjungan kapolres Banjarnegara, para pelaku sudah dendam sejak lama dengan keluarga kami, karena kakak saya juga sering menjadi korban, paralon yang mengairi ladangnya dirusak oleh para pelaku, dan bertepatan dengan ketersinggungan para pelaku akhirnya merencanakan dan meluapkan penganiayaan dan penggroyokan dilakukan oleh beberapa orang yang masih satu famili.
“Dahulu keluarga saya pernah bermasalah dengan T terkait Pohon Bambu yang menjorok ”Mentiung” kearah ladang keluarga kami, namun tidak bisa di selesaikan, padahal pihak kami, siap mengganti bambu tersebut, mungkin masih dendam” tambah Erna menceritakan kejadian waktu itu.
Menurutnya kakak korban jika adanya ketersinggungan akan status adiknya sepatunya tidak diselesaikan dengan main hakim sendiri, ini kan negara hukum sudah sepantasnya tabayun, diklarifikasi akan tulisan adik saya, apakah mengenai hal yang dimaksud sehingga menyebabkan tersinggung, menurutnya dari pelaku kebanyakan bukan mengenai status adiknya namun memanfaatkan waktu tepat, disinyalir sudah dendam sejak lama dengan adiknya dan keluarganya.
“Adik saya setelah mau diamankan masih dipukul, para pelaku kebanyakan masih satu family masih punya dendam, Juga yang berambut Panjang orang batur koban tidak mengenalnya mungkin suruhanya pelaku utama, dan HP tidak tahu keberadaanya, Motorpun rusak, banyak yang menyaksikan adanya penganiayaan dan pengeroyokan kebetulan bersamaan dengan adanya Kunjungan Pejabat ke Lokasi Bencana,” Ujar Erna.
Banyak orang yang memvideo kejadian penganiayaan sudah tersebar di warga sekitaran Pasar Ratamba, kebetulan pas ada kunjungan Kapolres dan pihak Keluarga meminta agar kasusnya segera di proses agar para pelaku mempertanggung jawabkan perbuatanya. Pihak keluarga juga sudah meminta bantuan advokat di Banjarnegara. “ Kejadian ini menjadi pembelajaran, meski tersinggung akan statusnya sepatutnya di klarifikasikan dahulu, jangan main tangan pukul tending, keluarga meminta proses hukum para pelaku yang melukai adik saya,” pungkasnya. (One)