Krisis Air di Dusun Candi, Majatengah Banjarmangu Berlanjut Meski Musim Hujan

 

BANJARNEGARA– Meskipun musim hujan telah tiba, warga Dusun Candi, Desa Majatengah, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara, tetap menghadapi krisis air bersih yang semakin parah. Krisis yang telah berlangsung lebih dari enam tahun ini belum juga teratasi meski sejumlah perbaikan infrastruktur telah dilakukan.

Salah satu upaya yang dilakukan sebelumnya adalah pembangunan sistem distribusi air yang mengalirkan air dari Dusun Klesem, Desa Ambal, Kecamatan Karangkobar, menggunakan pipa besar. Namun, sejak 2019, beberapa fasilitas pendukung sistem ini tidak lagi berfungsi maksimal. Watermeter yang semula digunakan untuk mengatur aliran air kini sudah tidak dipakai lagi. Selain itu, bak penampung air yang sebelumnya dapat digunakan sebagai cadangan kini juga tidak dapat dimanfaatkan dengan baik.

“Watermeter yang dulu sangat membantu, sekarang sudah tidak digunakan lagi,” ujar salah seorang warga. Masalah ini semakin diperburuk oleh ketidakmampuan bak penampung air untuk menampung air dengan efektif, sehingga cadangan yang seharusnya ada tidak dapat dimanfaatkan.

Meskipun air masih mengalir dari sumber utama di Dusun Klesem, distribusinya tidak merata. Beberapa rumah mendapatkan pasokan air yang lancar, sementara yang lain harus menunggu berhari-hari hingga air kembali mengalir. “Kadang air hanya mengalir beberapa jam, setelah itu berhenti lagi. Kami harus menyimpan air setiap kali ada pasokan,” tambah warga lain yang mengungkapkan keluhannya tentang ketidakpastian pasokan air.

Kekurangan air ini tetap terjadi meskipun musim hujan datang. Pasokan air yang tidak stabil tetap menjadi masalah utama, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun kegiatan ekonomi lainnya. Bagi sebagian warga, pasokan air yang terbatas menghambat aktivitas sehari-hari, termasuk pemeliharaan ternak dan usaha budidaya ikan yang terganggu karena kekurangan air yang cukup. “Kami ingin mengembangkan usaha budidaya ikan, tapi masalah air yang tidak stabil menghalangi rencana kami,” ungkap salah seorang warga yang mengeluhkan kendala tersebut.

Dulu, warga mengandalkan sumber mata air yang terletak di dekat hutan untuk memenuhi kebutuhan air. Namun, sumber mata air tersebut kini sudah tidak ada lagi. “Kami dulu sangat bergantung pada mata air di hutan, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi. Kami tidak tahu apakah sumbernya menyusut atau ada faktor lain yang menyebabkan hilangnya mata air tersebut,” ujar warga lainnya.

Dengan jarak sekitar 8 kilometer antara Dusun Candi dan Dusun Klesem, akses untuk memperoleh pasokan air atau bantuan sangat terbatas. Kondisi jalan yang rusak semakin memperburuk situasi, membuat warga merasa terisolasi dan kesulitan mendapatkan bantuan yang diperlukan. “Jika kami harus meminta bantuan air, jaraknya sangat jauh dan kondisi jalan semakin sulit dilalui. Kami merasa terisolasi,” tambah seorang warga.

Meski demikian, warga tetap berharap adanya solusi untuk mengatasi krisis air ini. Mereka berharap agar sistem distribusi air yang ada dapat diperbaiki dan cadangan air dapat dipulihkan. Keinginan untuk mengaktifkan kembali sistem watermeter dan menggunakan bak penampung air umum sebagai cadangan tetap menjadi harapan mereka.

Krisis air yang terus berlanjut ini tidak hanya mengganggu kehidupan sehari-hari tetapi juga menghambat berbagai kegiatan ekonomi yang bergantung pada pasokan air yang stabil. Warga berharap agar pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk memperbaiki sistem air, sehingga pasokan air yang lebih teratur dapat tersedia untuk memenuhi kebutuhan dasar dan kegiatan ekonomi lainnya.