Arman Depari Bandingkan Proyek Kerugian MRT, dengan Akibat Kerugian Negara dari Peredaran Gelap Narkotika
Tangerang, selidikkasus.com – Kejahatan Narkotika di Indonesia masih terus berkembang meski berada ditengah gencarnya upaya Pencegahan, dan Pemberantasan Penyalahgunaan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).
Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional, Arman Depari, menilai perlu adanya kerjasama yang luas antar berbagai pihak dalam menekan jumlah narkotika yang masuk ke Indonesia.
“90% narkotika yang beredar di Indoneaia asalnya dari luar negeri,” jelas Arman.
Arman berpendapat tingginya minat sindikat mengedarkan narkotika ke Indoneaia dipicu dengan angka jumlah penyalahguna yang cukup tinggi.
“Harga emas pergram Rp. 580.000, harga sabu anda tau berapa? 2,5 juta per gram” Ujar Arman tegas.
Menurutnya ini menjadikan negara Indonesia sebagai pangsa pasar yang strategis bahkan sangat bagus bagi sindikat narkotika.
Mereka tak lagi takut akan hukuman mati. Mereka lebih takut jika kehilangan pangsa pasar yang sangat produktif seperti Indonesia.
Arman pun menyinggung kerugian yang dialami negara akibat penyalahgunaan, dan peredaran gelap narkoba.
“Negara mengalami kerugian sebesar 86,4 T pertahun akibat narkoba. Bandingkan dengan proyek MRT yang memakan biaya 56 T. Kita bisa buat ada MRT disetiap daerah”, pungkas Arman.
UNODC menetapkan sebuah Negara dapat dikatakan darurat narkoba apabila presentase penyalahguna Narkobanya lebih dari 2%.
Di tahun 2017, prevalensi penyalahgunaan narkoba diIndonesia pernah menyentuh angka 2, 24%, meski akhirnya dapat ditekan hingga 1,17%. Artinya Indonesia pernah berada pada kondisi “Darurat Narkoba”.
Hal tersebut disampaikan Arman Depari saat menghadiri Sosialisasi Tindakan Prefentif Peredaran narkoba yang diselenggarakan oleh PT Citilink di Kantor Garuda Indonesia Group, Bandara Soekarno Hatta, (24/4).
Arman memberikan apresiasi kepada Citilink sebagai maskapai yang paling aktif mendukung pemerintah dalam upaya Pencegahan, dan Pemberantasan Narkotika serta obat-obatan terlarang lainnya.
Menurut Arman, peran maskapai penerbangan amat penting dalam upaya P4GN, terutama dibidang interdiksi pengamanan jalur transportasi udara.
Arman mengaku tak jarang BNN berhasil mengungkap kasus berdasarkan laporan awak pesawat yang merasa curiga dengan penumpangnya. Pihaknya berharap kerjasama dengan Citilink dapat terus berjalan dan berkembang kearah yang lebih baik.
Sementara itu Direktur Cargo, dan Pengembangan Usaha Garuda Indonesia, Muhammad Iqbal, menilai pihaknya telah berkomitmen untuk terus mendukung upaya pemerintah dalam mencegah dan memberantas peredaran narkoba.
Hal tersebut terbukti dari dilakukannya peningkatan pengamanan Bandara, serta melakukan tes urine secara rutin kepada seluruh karyawan, Pramugari, dan awak pesawat termasuk Pilot.
“Kerjasama ini pun kami lakukan demi menjaga keamanan cargo termasuk adanya barang terlarang seperti narkoba” Ujar Iqbal.
Muhammad Iqbal mengaku pihaknya tak hanya bekerjasama dibidang pencegahan saja, tetapi juga dibidang interdiksi.
“Kami akan meningkatkan kemampuan x-ray dalam mendeteksi narkoba, kami juga akan bekerjasama untuk menerjunkan anjing pelacak milik BNN” Imbuhnya.
Hal ini dilakukan pihak Garuda Indoneaia Group untuk mendukung upaya peningkatan pelayanan cargo dalam proses pengiriman barang ke Seluruh Indoneaia.
“kami akan menerbangkan drone, khusus cargo, tanpa awak.
Biasanya kapasitas cargo drone hanya 5-10kg, dan yang akan kami buat adalah cargo berkapasitas hingga 5 ton”, pungkas Iqbal.
Garuda Indonesia berharap pengembangan fasilitas cargo ini dapat meningkatkan pelayanan, dan mampu menghubungkan pengiriman logistik dengan lebih cepat. Tentunya yang aman, ccdan terbebas dari upaya peredaran gelap narkoba..
{Tommy&TeamBanten}
Leave a Reply